Reportase
Seratus Tujuh FM, Membuat Hidup Lebih Berwarna
#Reportase On Air Dakta FM
With Love,
Ainun
Kak Prita, Kak Rosinta, Kak Ainun bersama Mbak Ita di Studio Dakta FM |
Terlihat sekali suasana ceria nan gembira yang terdapat pada pilihan
huruf-huruf yang tersusun indah, lalu menjadi rangkaian kata yang
menyiratkan semangat yang berkibar dalam menyambut Milad Rumah Baca HOS
Tjokroaminoto di layar handphoneku.
Sekarang, group whatsapp
Rumba HOS Tjokroaminoto (RHT) menjadi nomer 1 yang paling aku tunggu
pesan suaranya, selaras dengan perayaan hari jadinya yang ke-1 pada
tanggal 28 Februari nanti.
Namun, di tengah keramaian ketikan
jempol para anggota group RHT terdapat salah satu pesan yang membuat
bola mataku membesar seketika, bagaikan melihat selembar uang berwarna
merah muda di tanggal tua.
“Rosinta dan Ainun, hari Sabtu nanti
kalian mewakili aku ya siaran di Radio Dakta tentang persiapan milad
RHT, karena pagi-paginya aku harus ke Jakarta dulu takut enggak terkejar
waktunya..”- Mbak Prita -
Yaa.. itulah alasan mengapa bola
mataku membesar, mungkin Rosinta juga merasakan hal yang sama denganku,
pasti..! Aku dan Rosinta baru berkenalan dengan Rumba kurang lebih 30
hari atau sebulan lamanya. Tunggu dulu, sebulan itu lama? Yap, mungkin
kami berdua sudah merasa menjadi ‘teman lama’ dengan si Rumba, karena
kedekatan batin yang kami rasakan dengan Mbak Prita selaku Direktur RHT
dan tentunya murid-murid yang menjadi magnet mengapa aku berulang kali
menginjakkan kaki ke Rumba.
Setelah melakukan persiapan materi on
air hari Jumat, aku dan Rosinta merasa tidak sanggup untuk siaran Radio
besok pagi. Mungkin lebih tepatnya kami krisis percaya diri karena
kurang menguasai materi tentang profil RHT dalam 1 tahun ke belakang.
Terdapat bisikan-bisikan setan yang ada di telinga kami untuk membuat
1000 alasan tentang ketidaksiapan kami untuk siaran di Radio. Namun
terhempas semuanya melihat suasana yang damai diiringi suara canda tawa
dari murid-murid Sekolah Dasar Alam Anak Soleh pada siang hari itu.
Inilah yang kusebut dengan kekuatan cinta dapat mengalahkan segalanya.
Tibalah hari Sabtu dimana suaraku dan Rosinta akan mengudara di
gelombang Radio kesayangan orang Bekasi yaitu 107 FM Radio Dakta. Aku
dan Rosinta datang tepat waktu setelah pagi harinya mengajar adik-adik
SDAAS materi Public Speaking Jilid 2. Kembali ke jalan Agus Salim
Bekasi, tempat Radio Dakta dan SMP ku bersebelahan. Tanpa permisi
pikiranku langsung mundur beberapa tahun ke belakang di mana seragam
putih-biru menyimpan banyak kenangan yang tidak mungkin untuk dilupakan.
Semua peristiwa baik dan buruk belasan tahun yang lalu, menjadikan dan
membentuk diriku seperti sekarang ini. Senyum kecil langsung menghiasi
wajahku saat mengingat masa-masa itu.
Suara musik Radio Dakta
membuyarkan ingatanku kembali, ke dalam realita dunia yang sebenarnya.
Aku dan Rosinta sudah berada di tempat parkir dengan diiringi suara khas
dari sang penyiar yang terdengar jelas melalui speaker. Dengan langkah
yang masih ragu kami memasuki ruangan. Lalu datanglah seorang lelaki
kira-kira berusia 40 tahun yang menyapa kami berdua dengan menanyakan
maksud kedatangan kami.
Setelah kami diperkenalkan dengan sang
penyiar cantik, akhirnya kami diberi kesempatan 1 jam untuk menunggu
Mbak Prita agar bisa bergabung dan siaran bersama-sama. Doa kami berdua
seakan dikabulkan oleh Ibu Peri seperti yang ada di sinetron Bidadari
beberapa tahun yang lalu. Hm.. kami memang angkatan 90-an, hehehe.
Tepat pukul 15.00, aku, Rosinta, Mbak Prita,sang Penyiar dan
seorang operator pria sudah berada dalam ruangan berkaca yang dingin
sekali ditambah atmosphere yang berbeda dari biasanya. Lagu Kesempurnaan
Cinta dari anak seorang komedian Sule berhasil meregangkan syaraf dan
membuat diriku menjadi (sedikit) relax. Setelah perkenalan dari kami
bertiga, tibalah saat yang paling ditunggu oleh pendengar yaitu tanya
jawab. Pertanyaan pertama di luncurkan untuk mbak Prita:
“Apa
makna dari pemilihan nama Rumah Baca HOS Tjokroaminoto? Apakah masih ada
silsilah kepemilikan keluarga dari HOS Tjokroaminoto?”
Mbak Prita langsung menjawab pertanyaan dengan suara lembutnya yang khas..
“Hahaha tidak ada silsilah keluarga dari HOS Tjokroaminoto sama sekali.
Pengambilan nama ini dikarenakan kami ingin mengangkat kembali
kebudayaan nusantara yang digaungkan oleh Sang Guru Bangsa ini. Dan
kebetulan sekali dulunya daerah Tarumajaya Bekasi yang menjadi lokasi
dari rumba ini terdapat peninggalan sejarah Kerajaan Tarumanegara yang
dulunya menguasai Asia Tenggara, tapi tak banyak orang tahu. Maka dari
itu dipiihlah nama Rumah Baca HOS Tjokroaminoto.”
Lalu disusul lagi dengan pertanyaan dari sang penyiar cantik,
“RHT itu berlokasi di Sekolah Raya Alam Anak Soleh. Boleh berbagi
cerita tentang Sekolah Raya itu? Mungkin banyak pendengar yang ingin
tahu..”
Mbak Prita dengan semangat menjelaskan,
“Sekolah
Raya merupakan jejaring atau wadah dari partisipasi relawan pendidikan
dengan pengelola sanggar belajar, salah satunya Sekolah Alam Anak Soleh.
Kalau Sekolah Alam Anak Soleh ini merupakan sekolah gratis untuk
anak-anak marjinal atau dhuafa yang berada di Villa Mutiara Gading 1,
Kabupaten Bekasi. Jika ditotal mulai dari PAUD-SD terdapat 140-an murid.
Ada juga SMP Terbuka Ilalang yang berada tidak jauh dari Rumah Baca.”
Dan tibalah pertanyaan yang ditujukan untuk perwakilan relawan RHT yaitu aku dan Rosinta..
“Boleh sharing pengalamannya, dong.. Untuk Rosinta dan Ainun, apa sih
motivasi kalian untuk terjun langsung menjadi relawan di rumah baca ini?
Dan adakah pengalaman menarik selama kalian berada di sana?”
Karena Rosinta yang paling dekat dengan mic, maka dialah yang pertama menjawab pertanyaan hihihi...
“Motivasi saya menjadi relawan di rumah baca dan Sekolah Raya ini,
karena saya prihatin dengan pendidikan yang ada di Indonesia. Daripada
saya ngedumel sendiri dengan pemerintahan, maka saya putuskan untuk
terjun langsung di lingkungan terdekat lebih dulu. Kalau ditanya soal
pengalaman menarik banyak sekali, beberapa minggu yang lalu kami
kedatangan mahasiswa dari Universitas Malaysia Kuala Kangsar, disana
adik-adik bermain dan belajar bersama dengan kakak-kakak mahasiswa.
Walaupun masih sama di negara melayu, tapi perbedaan bahasa juga cukup
menjadi tantangan untuk saya yang menarik.”
Sekarang giliranku untuk menjawab pertanyaan yang sama,
“Kalau boleh jujur, tidak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk
menjadi relawan selepas lulus kuliah S-1. Suatu waktu Rosinta mengajak
saya untuk menjadi relawan di Sekolah Raya. Tanpa pikir panjang saya
langsung menerima ajakannya karena lokasi yang cukup terjangkau dan
kapan lagi saya dapat bermanfaat untuk orang lain, daripada saya hanya
di rumah menunggu panggilan kerja. Setelah pertama kali datang ke
sekolah tersebut dan melihat adik-adik secara langsung, saya langsung
jatuh cinta dengan tempat dan semua orang-orang disana. Bukan hanya
mengajar, kami juga banyak belajar dari mereka semua. Sekarang saya
bangga menjadi seorang relawan di Sekolah Raya ini. Semua kejadian di
sekolah ini menjadi pengalaman menarik buat saya.”
Selingan lagu
dari HiV! berhasil membuat aku, Rosinta, dan Mbak Prita bernafas lega
dahulu, sebelum masuk ke dalam sesi khusus membahas tentang persiapan
Milad RHT.
“Balik lagi di 107 FM radio Dakta. Masih bersama 3
tamu kita hari ini yaitu dari Rumah Baca HOS Tjokroaminoto. Sekarang
saya ingin bertanya dengan Mbak Prita lagi, kapan sih perayaan Milad 1
tahunnya? Dan rangkaian acara apa saja yang nanti meramaikan milad
tersebut? Boleh diceritakan, siapa tahu ada pendengar yang ingin
hadir..”
Mbak Prita pun langsung menjawabnya,
“Perayaan Milad
RHT yaitu hari Minggu tanggal 28 Februari. Rangkaian acaranya nanti
bakal kedatangan Kak Budi dari Ayo Dongeng Indonesia, lalu ada Bincang
Literasi dari Mas Theo pendiri Rumah Baca Lintang dan Mas Gandha dari
pemilik Perahu Baca. Ada hiburan juga dari penampilan teater
musikalisasi puisi mahasiswa UNJ dan ada perlombaan pecel lele paling
maknyus untuk ibu-ibu sekitar perumahan.”
Tidak terasa satu jam kami berada di ruangan berkaca tersebut, dengan pertanyaan penutup sebagai berikut,
“Terakhir ya Mbak Prita, apa sih harapan ke depannya untuk RHT? Dan apa rencana berikutnya yang akan dikerjakan?”
Suara Mbak Prita pun masih sama menyiratkan semangat yang begelora,
“Sesuai dengan tema yang kami ambil dari perayaan Milad ini yaitu : Dari
Rumah Baca Menuju Aksi Warga. Kami semua berharap rumah baca ini
menjadi perpustakaan bersama yang bisa dirasakan untuk warga sekitar.
Next event insya Allah ada: 1) Kancil (Pustakawan Cilik), 2) Bincang
Literasi, 3) Klub Sains dan Kreatifitas, 4) Klub English Fun, 5) Story
Telling, 6) Rumpi Rumba PKK, 7) Rumba On the Street, 8) Membership
sebesar Rp. 25.000/tahun. Minta doanya untuk teman-teman semua supaya
semuanya berjalan lancar. Amiin..”
Hidup itu seperti bersepeda.
Kita harus meng-goes-nya secara seimbang agar tidak terjatuh dan terus
berjalan jauh. Teruslah menjadi manusia yang baik di dunia dan membawa
manfaat yang baik pula di akhirat. Tetaplah memberikan pengalaman yang
baik untuk orang-orang sekitarmu selagi oksigen masih tersedia di dunia
ini, dan kamu masih diberi kesempatan untuk menikmatinya.
Thanks
Dakta FM telah membuat hidupku dan Rumah Baca HOS Tjokroaminoto lebih
berwarna, dan semoga kami dan kamu pun tetap bijak dan cerdas seperti
tagline mu. Amin.
Ainun
0 komentar:
Posting Komentar