Reportase

Seratus Tujuh FM, Membuat Hidup Lebih Berwarna

04.520 Comments

#Reportase On Air Dakta FM
Reportase On Air Dakta FM
Kak Prita, Kak Rosinta, Kak Ainun bersama Mbak Ita di Studio Dakta FM



Terlihat sekali suasana ceria nan gembira yang terdapat pada pilihan huruf-huruf yang tersusun indah, lalu menjadi rangkaian kata yang menyiratkan semangat yang berkibar dalam menyambut Milad Rumah Baca HOS Tjokroaminoto di layar handphoneku.

Sekarang, group whatsapp Rumba HOS Tjokroaminoto (RHT) menjadi nomer 1 yang paling aku tunggu pesan suaranya, selaras dengan perayaan hari jadinya yang ke-1 pada tanggal 28 Februari nanti.

Namun, di tengah keramaian ketikan jempol para anggota group RHT terdapat salah satu pesan yang membuat bola mataku membesar seketika, bagaikan melihat selembar uang berwarna merah muda di tanggal tua.

“Rosinta dan Ainun, hari Sabtu nanti kalian mewakili aku ya siaran di Radio Dakta tentang persiapan milad RHT, karena pagi-paginya aku harus ke Jakarta dulu takut enggak terkejar waktunya..”- Mbak Prita -

Yaa.. itulah alasan mengapa bola mataku membesar, mungkin Rosinta juga merasakan hal yang sama denganku, pasti..! Aku dan Rosinta baru berkenalan dengan Rumba kurang lebih 30 hari atau sebulan lamanya. Tunggu dulu, sebulan itu lama? Yap, mungkin kami berdua sudah merasa menjadi ‘teman lama’ dengan si Rumba, karena kedekatan batin yang kami rasakan dengan Mbak Prita selaku Direktur RHT dan tentunya murid-murid yang menjadi magnet mengapa aku berulang kali menginjakkan kaki ke Rumba.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhtlx-P-qH9yVJvCN0Fz8uIvw-rpz2qWQEfpQjPZF397GM_X67TJsmzKN9Wea88I9h_vZuk4-m0tr-Jf3_E1E81KrX02ZkDP2F71IXXLV_Z05fP6-VdZXC7rFoffE-E6T_-bdON4VnIMLS/s1600/dakta.jpgSetelah melakukan persiapan materi on air hari Jumat, aku dan Rosinta merasa tidak sanggup untuk siaran Radio besok pagi. Mungkin lebih tepatnya kami krisis percaya diri karena kurang menguasai materi tentang profil RHT dalam 1 tahun ke belakang. Terdapat bisikan-bisikan setan yang ada di telinga kami untuk membuat 1000 alasan tentang ketidaksiapan kami untuk siaran di Radio. Namun terhempas semuanya melihat suasana yang damai diiringi suara canda tawa dari murid-murid Sekolah Dasar Alam Anak Soleh pada siang hari itu. Inilah yang kusebut dengan kekuatan cinta dapat mengalahkan segalanya.

Tibalah hari Sabtu dimana suaraku dan Rosinta akan mengudara di gelombang Radio kesayangan orang Bekasi yaitu 107 FM Radio Dakta. Aku dan Rosinta datang tepat waktu setelah pagi harinya mengajar adik-adik SDAAS materi Public Speaking Jilid 2. Kembali ke jalan Agus Salim Bekasi, tempat Radio Dakta dan SMP ku bersebelahan. Tanpa permisi pikiranku langsung mundur beberapa tahun ke belakang di mana seragam putih-biru menyimpan banyak kenangan yang tidak mungkin untuk dilupakan. Semua peristiwa baik dan buruk belasan tahun yang lalu, menjadikan dan membentuk diriku seperti sekarang ini. Senyum kecil langsung menghiasi wajahku saat mengingat masa-masa itu.

Suara musik Radio Dakta membuyarkan ingatanku kembali, ke dalam realita dunia yang sebenarnya. Aku dan Rosinta sudah berada di tempat parkir dengan diiringi suara khas dari sang penyiar yang terdengar jelas melalui speaker. Dengan langkah yang masih ragu kami memasuki ruangan. Lalu datanglah seorang lelaki kira-kira berusia 40 tahun yang menyapa kami berdua dengan menanyakan maksud kedatangan kami.

Setelah kami diperkenalkan dengan sang penyiar cantik, akhirnya kami diberi kesempatan 1 jam untuk menunggu Mbak Prita agar bisa bergabung dan siaran bersama-sama. Doa kami berdua seakan dikabulkan oleh Ibu Peri seperti yang ada di sinetron Bidadari beberapa tahun yang lalu. Hm.. kami memang angkatan 90-an, hehehe.

Tepat pukul 15.00, aku, Rosinta, Mbak Prita,sang Penyiar dan seorang operator pria sudah berada dalam ruangan berkaca yang dingin sekali ditambah atmosphere yang berbeda dari biasanya. Lagu Kesempurnaan Cinta dari anak seorang komedian Sule berhasil meregangkan syaraf dan membuat diriku menjadi (sedikit) relax. Setelah perkenalan dari kami bertiga, tibalah saat yang paling ditunggu oleh pendengar yaitu tanya jawab. Pertanyaan pertama di luncurkan untuk mbak Prita:
“Apa makna dari pemilihan nama Rumah Baca HOS Tjokroaminoto? Apakah masih ada silsilah kepemilikan keluarga dari HOS Tjokroaminoto?”

Mbak Prita langsung menjawab pertanyaan dengan suara lembutnya yang khas..

“Hahaha tidak ada silsilah keluarga dari HOS Tjokroaminoto sama sekali. Pengambilan nama ini dikarenakan kami ingin mengangkat kembali kebudayaan nusantara yang digaungkan oleh Sang Guru Bangsa ini. Dan kebetulan sekali dulunya daerah Tarumajaya Bekasi yang menjadi lokasi dari rumba ini terdapat peninggalan sejarah Kerajaan Tarumanegara yang dulunya menguasai Asia Tenggara, tapi tak banyak orang tahu. Maka dari itu dipiihlah nama Rumah Baca HOS Tjokroaminoto.”

Lalu disusul lagi dengan pertanyaan dari sang penyiar cantik,
“RHT itu berlokasi di Sekolah Raya Alam Anak Soleh. Boleh berbagi cerita tentang Sekolah Raya itu? Mungkin banyak pendengar yang ingin tahu..”

Mbak Prita dengan semangat menjelaskan,
“Sekolah Raya merupakan jejaring atau wadah dari partisipasi relawan pendidikan dengan pengelola sanggar belajar, salah satunya Sekolah Alam Anak Soleh. Kalau Sekolah Alam Anak Soleh ini merupakan sekolah gratis untuk anak-anak marjinal atau dhuafa yang berada di Villa Mutiara Gading 1, Kabupaten Bekasi. Jika ditotal mulai dari PAUD-SD terdapat 140-an murid. Ada juga SMP Terbuka Ilalang yang berada tidak jauh dari Rumah Baca.”

Dan tibalah pertanyaan yang ditujukan untuk perwakilan relawan RHT yaitu aku dan Rosinta..

“Boleh sharing pengalamannya, dong.. Untuk Rosinta dan Ainun, apa sih motivasi kalian untuk terjun langsung menjadi relawan di rumah baca ini? Dan adakah pengalaman menarik selama kalian berada di sana?”

Karena Rosinta yang paling dekat dengan mic, maka dialah yang pertama menjawab pertanyaan hihihi...
“Motivasi saya menjadi relawan di rumah baca dan Sekolah Raya ini, karena saya prihatin dengan pendidikan yang ada di Indonesia. Daripada saya ngedumel sendiri dengan pemerintahan, maka saya putuskan untuk terjun langsung di lingkungan terdekat lebih dulu. Kalau ditanya soal pengalaman menarik banyak sekali, beberapa minggu yang lalu kami kedatangan mahasiswa dari Universitas Malaysia Kuala Kangsar, disana adik-adik bermain dan belajar bersama dengan kakak-kakak mahasiswa. Walaupun masih sama di negara melayu, tapi perbedaan bahasa juga cukup menjadi tantangan untuk saya yang menarik.”

Sekarang giliranku untuk menjawab pertanyaan yang sama,

“Kalau boleh jujur, tidak pernah terlintas dalam pikiran saya untuk menjadi relawan selepas lulus kuliah S-1. Suatu waktu Rosinta mengajak saya untuk menjadi relawan di Sekolah Raya. Tanpa pikir panjang saya langsung menerima ajakannya karena lokasi yang cukup terjangkau dan kapan lagi saya dapat bermanfaat untuk orang lain, daripada saya hanya di rumah menunggu panggilan kerja. Setelah pertama kali datang ke sekolah tersebut dan melihat adik-adik secara langsung, saya langsung jatuh cinta dengan tempat dan semua orang-orang disana. Bukan hanya mengajar, kami juga banyak belajar dari mereka semua. Sekarang saya bangga menjadi seorang relawan di Sekolah Raya ini. Semua kejadian di sekolah ini menjadi pengalaman menarik buat saya.”

Selingan lagu dari HiV! berhasil membuat aku, Rosinta, dan Mbak Prita bernafas lega dahulu, sebelum masuk ke dalam sesi khusus membahas tentang persiapan Milad RHT.
“Balik lagi di 107 FM radio Dakta. Masih bersama 3 tamu kita hari ini yaitu dari Rumah Baca HOS Tjokroaminoto. Sekarang saya ingin bertanya dengan Mbak Prita lagi, kapan sih perayaan Milad 1 tahunnya? Dan rangkaian acara apa saja yang nanti meramaikan milad tersebut? Boleh diceritakan, siapa tahu ada pendengar yang ingin hadir..”

Mbak Prita pun langsung menjawabnya,
“Perayaan Milad RHT yaitu hari Minggu tanggal 28 Februari. Rangkaian acaranya nanti bakal kedatangan Kak Budi dari Ayo Dongeng Indonesia, lalu ada Bincang Literasi dari Mas Theo pendiri Rumah Baca Lintang dan Mas Gandha dari pemilik Perahu Baca. Ada hiburan juga dari penampilan teater musikalisasi puisi mahasiswa UNJ dan ada perlombaan pecel lele paling maknyus untuk ibu-ibu sekitar perumahan.”

Tidak terasa satu jam kami berada di ruangan berkaca tersebut, dengan pertanyaan penutup sebagai berikut,
“Terakhir ya Mbak Prita, apa sih harapan ke depannya untuk RHT? Dan apa rencana berikutnya yang akan dikerjakan?”

Suara Mbak Prita pun masih sama menyiratkan semangat yang begelora,
“Sesuai dengan tema yang kami ambil dari perayaan Milad ini yaitu : Dari Rumah Baca Menuju Aksi Warga. Kami semua berharap rumah baca ini menjadi perpustakaan bersama yang bisa dirasakan untuk warga sekitar. Next event insya Allah ada: 1) Kancil (Pustakawan Cilik), 2) Bincang Literasi, 3) Klub Sains dan Kreatifitas, 4) Klub English Fun, 5) Story Telling, 6) Rumpi Rumba PKK, 7) Rumba On the Street, 8) Membership sebesar Rp. 25.000/tahun. Minta doanya untuk teman-teman semua supaya semuanya berjalan lancar. Amiin..”

Hidup itu seperti bersepeda. Kita harus meng-goes-nya secara seimbang agar tidak terjatuh dan terus berjalan jauh. Teruslah menjadi manusia yang baik di dunia dan membawa manfaat yang baik pula di akhirat. Tetaplah memberikan pengalaman yang baik untuk orang-orang sekitarmu selagi oksigen masih tersedia di dunia ini, dan kamu masih diberi kesempatan untuk menikmatinya.

Thanks Dakta FM telah membuat hidupku dan Rumah Baca HOS Tjokroaminoto lebih berwarna, dan semoga kami dan kamu pun tetap bijak dan cerdas seperti tagline mu. Amin.

With Love,
Ainun

Artikel lainnya:

0 komentar: